Minggu, 27 November 2011

AGAMA : Sedekah Jangan Menunggu Ikhlas

Sedekah Jangan Menunggu Ikhlas

Mendengar kata sedekah, biasanya yang terbayang adalah kata-kata yang sangat terkenal : “Biar sedikit yang penting ikhlas!“. Kalimat sakti yang selalu melindungi malasnya kita sedekah ini sudah begitu mendarah daging dalam kehidupan kita sejak kita masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak.

Saya jadi teringat dengan bincang-bincang ringan tentang Sedekah antara saya dengan Bapak Riawan Amin (mantan CEO Bank Muamalat) ditemani oleh Ustadz Fajrie (direktur Muamalat Institute), Gunawan Paggaru (Sutradara) serta Embie C.Noer (Tokoh Budaya) dalam obrolan santai sambil menikmati martabak telor dan secangkir kopi di sore yang mendung setahun yang lalu. (cieee…).

Ketika itu Bapak Riawan Amin dan Ustadz Fajrie menyampaikan pentingnya Sedekah dan betapa Sedekah bisa menjadi solusi untuk mengatasi kemiskinan bangsa ini.

Saat itu saya berkomentar bahwa Sedekah adalah ibadah yang paling sulit dijalankan. “Karena pake Syarat sih Pak. Kudu IKHLAS!” kata saya. “Padahal udah jelas sedekah banyak-banyak mah susah ikhlas nya. Nanti udah keluar duit, gak dapet pah ala pula. Dobel ruginya” sambung saya lagi sambil cengar-cengir.

Komentar saya disambut Gunawan Paggaru “Bener pak. Kalo sedekah 5000 sih ikhlas. 10.000 juga ikhlas. Tapi begitu 100 ribu lumayan geterrr juga pak” kami semua tertawa mendengarnya. Lalu dengan santai Pak Riawan Amin bertanya “Yang bilang Sedekah Musti Ikhlas itu siapa ?” Nah Lho ! saya, Gunawan dan Embie kontan saling pandang bingung kayak orang bego…

“Lagian, s iapa yang bisa mengukur keihkhlasan seseorang?” sambung Pak Riawan Amin lagi. Dan… kuliah Sedekah pun dimulai he he…

Dipikir-pikir bener juga. Yang berhak untuk menilai ikhlas gak ikhlas itu kan hak hanya Allah. Lagipula sedekah itu kan sama dengan menolong orang yang sedang membutuhkan. Artinya sedekah jelas merupakan perbuatan yang punya nilai kebaikan. Dan yang namanya kebaikan pasti ada pahalanya. Anggaplah saat bersedekah itu kita tidak ikhlas. Tapi kan sedekah yang kita berikan pasti tetap memberi manfaat bagi yang menerimanya. Kalaupun sedekahnya tidak mendapat pahala karena tidak ikhlas, kan masih ada cadangan amal ibadah karena sudah membantu orang yang membutuhkan. Itung-itungannya gini deh..

Misalnya kita cuma ikhlas memberi sedekah sebesar 10.000 perak. Padahal kemampuan kita sebenarnya bisa memberi sedekah 500.000 perak. Ya udah, kasih aja 500.000 perak. Yang 10.000 perak dapet pahala karena ikhlas, yang 490.000 perak sisanya dapet pahala karena memberi pertolongan yang bermanfaat. Tetep untung kan ? Hayaaa jadi itung-itungan gini yah he he…

Itung-itungan sama Allah ? Boleh kok. Kan Allah sendiri yang membuka peluang ummatnya untuk itung-itungan dalam sedekah. Coba simak janji Allah berikut ini :

“Barang siapa berbuat kebaikan, mendapat balasan 
sepuluh kali lipat amalnya.
Dan barang siapa berbuat kejahatan, 
dibalas seimbang dengan kejahatannya”
(QS. 6 Al An’a
m : 160)

Atau yang satu ini :

“Perumpamaan orang yang menginfaqkan hartanya di jalan ALLAH
seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai,
pada setiap tangkai ada seratus biji…”
(QS. 2 Al-Baqarah : 261)

Jelas kan, Allah sendiri sudah menjanjikan kepada ummatnya dengan format itung-itungan yang jelas. Jadi gak masalah kalau kita mau itung-itungan dengan Allah. Gak masalah juga kalau kita ber-pamrih kepada Allah. Yang gak boleh itu pamrih sama orang

Kalimat “Biar sedikit yang penting ikhlas” ternyata sudah menjebak kita untuk menjadi ummat yang egois. Bahkan saat sedekahpun kita masih memikirkan diri sendiri. Biar sedikit, yang penting ikhlas dan kita dapat pahala. Hanya pahala untuk kita yang kita pikirkan, bukannya kepentingan orang yang kita beri sedekah. Padahal sedekah 500.000 perak jelas lebih bermanfaat bagi sipenerima ketimbang duit 10rebu ! Cuma gara-gara takut tidak dapat pahala kita malah batal menolong orang.

Padahal gak kurang-kurang Ustadz Yusuf Mansyur bercerita tentang dahsyatnya sedekah lengkap dengan testimoni jamaah nya yang sudah merasakan manfaat langsung dari sedekah.

Pak Riawan Amin sendiri menyampaikan salah satu rahasia sukses dirinya dalam menyelamatkan Bank Muamalat adalah Sedekah. Bagaimana Bank yang dulu nyaris bangkrut itu mampu bangkit bahkan mampu mencetak laba besar setahun kemudian. Jika biasanya orang membayar sedekah disaat sudah untung, Pak Riawan Amin justru “memaksa” Bank Muamalat untuk membayar zakat disaat rugi.

“Allah menjanjikan minimal 10 kali lipat dari sedekah. Jadi kalau tahun depan mau untung, ya bayar sedekah 10% dari target!” begitu yang beliau sampaikan ketika itu. Dan kenyataannya memang Muamalat berhasil bangkit.

Konsep ini menurut saya sangat menarik. Karena umumnya kita memang selalu menyisihkan sedikit keuntungan kita untuk sedekah. Kenapa tidak dibalik ? Jadikan sedekah sebagai setoran awal.

jadi, jangan tunggu punya duit baru sedekah. Justru sedekah supaya punya duit.

Jangan tunggu kaya baru sedekah. Justru sedakah supaya kaya.

Saya tidak akan menyampaikan apa saja manfaat sedekah. karena saya yakin anda semua sudah tahu. Kan dari SD juga udah diajarin oleh guru agama kita disekolah.

Yang ingin saya sampaikan adalah, mari kita rubah kalimat “Biar sedikit yang penting ikhlas” menjadi “Biar Gak Ikhlas yang penting banyak !”

Sejenak saya bersyukur sudah hadir dalam obrolan ngopi sore itu. Obrolan yang menambah keyakinan saya pada janji-jani Sang Pemilik Kehidupan. Dari obrolan itu juga yang kemudian membuat saya tertarik membaca buku “7 Keajaiban Rejeki” karya Ipho Santosa dan buku “Ternyata Sedekah nggak harus Ikhlas” karya Marah Adil. Dan tentunya seabreg buku-buku Yusuf Mansyur.

Bukannya mau promosi karena saya juga toh tidak kenal secara pribadi dengan mereka. Tapi hanya sekedar berbagi bahwa buku-buku itu sangat indah untuk dibaca.

Jadi, mulai sekarang mari kita bersedekah dengan prinsip : “Biar Gak Ikhlas yang penting banyak!” .

Salam Satu Orang Satu

Sumber dari : http://satuorangsatu.com/blog/43-blog/101-sedekah-jangan-menunggu-ikhlas

Tidak ada komentar: