Rabu, 10 Desember 2008

The Best Team Bank Duta Cabang Tasikmalaya




Sebuah peristiwa yang sangat mengharukan bagi kami, ..................tepatnya bulan Mei 2000, nama Bank Duta sudah tidak beredar lagi di dunia perbankan karena merger dengan Bank Danammon, kami seluruh karyawan Bank Duta Cabang Tasikmalaya sepakat untuk tidak ikut bergabung dengan Bank Danamon, temen-temen merasa lebih terhormat untuk memilih PHK. Setelah PHK sudah barang tentu masing-masing karyawan punya jalan hidup sendiri-sendiri. padahal kami telah dipersatukan dalam suka dan duka selama kurang lebih 10 tahun.

Kami adalah team yang sangat solid, profesional dan penuh kekeluargaan............

Kini kami telah benar-benar telah berpisah......semoga kekeluargaan kita bisa terus terbina.



Inilah perjalanan kami


Apabila kita mengenang Cabang Tasikmalaya, kita juga mengenang dwi tunggal Founding Father yang “memproklamirkan Bank Duta Cabang Tasikmalaya pada tanggal 11 November 1990, Bapak Rifdan Aminoe’ddin dan Bapak Nurdin Khusnaedi. Lokasi Melalui tangan terampilnya Gedung Cabang Tasikmalaya berdiri di Kota Tasikmalaya, tepatnya di Jalan Sutisna Sejaya No. 46 Tasikmalaya.

Hampir 40 orang direkrut sebagai karyawan untuk bergabung dengan Bank Duta, sebagian dilakukan penyaringan di Tasikmalaya dan sebagian lagi “dibedol” dari Karyawan Cabang Bandung. Sebagai “Kawah Candra Dimuka” dalam menyiapkan karyawan baru itu ditunjuk Cabang Bandung, disanalah kami harus “pasedek sedek” untuk mencari ilmu sebagai trainne, yang sebelumnya “berbulan madu” terlebih dahulu di Rosan Villa Lembang dan Hotel Istana untuk belajar CCP. Peresmiannya ditanda-tangani oleh Bapak Winarto Sumarto.

Saat pembukaan kantor “badai margint trading” belum reda, sudah datang “taufan” TMP yang melibas perekonomian Indonesia. Alhasil pada saat Cabang Tasikmalaya dibuka, bencana demi bencana datang bertubi-tubi. Namun berkat kepiawaian dari Pa Rifdan dan Pa Nurdin cabang Tasikmalaya bisa bertahan bahkan sudah meraup laba bulanan pada tahun pertama.

Bapak Dicky Nugraha dan Bapak Harry Mulyana, kemudian menggantikan Pa Rifdan dan Pa Nurdin. Cabang Tasikmalaya pernah meraih prestasi cabang terbaik se Bank Duta.

Selanjutnya Pak Harry dan Pak Max menggantikan menjadi management cabang dan berhasil melakukan “reformasi politiknya” menjadi demokrasi “buka-bukaan”. Hasilnya …..?, neraca cabang yang seakan-akan membengkak hampir 4 kali lipat, yang paling berkesan saat di tanda-tanganinya 13 produk kerja sama dengan Posindo.

Hasil jerih payah dan kerja keras para karyawan Cabang Tasikmalaya tersebut seakan-akan hilang musnah tertiup oleh “badai merger”. Hampir seluruh nasabah bermata sembab menahan tangisnya sepeti tidak ada lagi tawa ria ketika dia mampir di Bank Duta, hampir seluruh nasabah merasa putus asa seperti tidak ada lagi bank yang dapat mendengar keluh-kesahnya, hampir seluruh nasabah merana seperti ditinggal kekasih hatinya,…………Namun kita tidak pernah putus asa seperti kata pepatah Champion may not always win, but they never quit, “Si Juara tidak selalu menang, tetapi Si Juara tidak pernah “peunggas harepan”.
Sahabat kami yang tak terlupakan
HARRY MULYANA
MAXMILLIAN DONOVAN LASAMBOUW
AGUS KRISNAYAKA
DADI MULYANA
AGUS HENDRADIMAJA
HERU SUSANTO
LUKITO EDHI SARTONO
ANAS MINHARYANTO
YENI MARYANI
BETI BADRIATI
LINA MELANI
N. ADAH ROSIDAH
YANTO DARMAWAN AGUSTIN
NGAENAN
ADE HENDRA WAHYUDI
JUARSA
TJETJEP ROEKMANA
PANJI PERMANA
AGUS RIVA'I
DONO RAHARDJO
MULDANI LAMSANA SAMOSIR
DINA CAHDIANA
ARINA BUDIARTI
TIURLAN VERANITA
TATANG MULIAWAN
RUDYONO
AGUS HENDRA SAPUTRA,
AHMAD SJAFARDI
ASEP
BUDI "UBUD" RAHAYU
DEDE SUPRAYITNO
DEWI HAMZAH
DJOKO SUKARDONO
DICKY NUGRAHA KARYA BUDI
EDDY MULIA SETIADI
EKO BACHTIAR
ENDANG (ALMARHUM)
ERNA ROSANA
ERWIN
HELMI
HILMAN "ILLA" DJAJADIREDJA
HILMAN PURAKUSUMAH
HINE
LIA NURDIAWATI
LIA NURLIANA
MOH. "MBO" EFFENDDY
MOH. HERRY FADILLAH
NURDIN KHUSNAEDI
POSMA DP SAMOSIR
RACHMAT
RENNY YUFRIANI RESI
RIFDAN AMINOE'DDIN
SUSI EKA SUSANTI
TANTAN RUCHIYAT
TAVADI RISMAYUDA
TEDDY WIRAKUSUMAH
TETTY NURHAYATI
TINA CARLINA
WAWAN
WAWAN RAHMAT IRAWAN
WINA SULISTIANE
YEMI
YOKE
KASUP
ENGKUS
DENI
DODO
ENTIS
HAER
HENDI
IWAN
JAJANG
LILI
NANANG
NOVI
PIPIN
TATANG
TIAR
USEP
WAWAN
YANA
AKI ENCEP

Jumat, 28 November 2008

Temu Alumni ESQ di Makasar

Selama dua hari, Kota Ma­kassar dipadati 10.000 alumni ESQ. Mereka ber­asal dari berbagai daerah di Indonesia, Malaysia, Ero­pa dan Amerika Serikat. Keda­tangan mereka untuk mengikuti Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Forum Komunikasi Alumni (FKA) ESQ Ke-3 dan Temu Alumni ESQ Internasional Ke-3, 22-23 November. Mereka merupakan per­wakilan dari 32 Koordinator Wi­layah (Korwil) Provinsi dan 112 Koordinator Daerah (Korda) Kotamadya/Kabupaten serta sembilan Korwil FKA Internasional.
“Saya sangat menyambut gembira kedatangan para alumni ESQ ke kota kami. Karena saya tahu alumni-alumni tersebut adalah orang yang berkepribadian baik,” kata Gubernur Sulawesi Selatan DR Syahril Yasin Limpo, SH, MH.
Saking gembiranya, ia langsung menginstruksikan Sekretaris Pro­vinsi untuk mendukung penuh aca­ra besar tersebut. ”Banyak pe­ga­wai saya kerahkan untuk mengikuti dan membantu panitia demi kesuksesan acara,” kata Syahril lagi.
“Puluhan pelatihan dari ber­ba­gai negara telah saya ikuti. Na­mun, ternyata pelatihan yang saya cari-cari ada di negara saya sendiri. Sebab pelatihan ini yang paling menyentuh kalbu saya,” ungkap Syahril saat ditanya peng­alamannya mengikuti training ESQ.
Acara tersebut berlangsung me­riah, sejak pembukaan hingga penutupan. Berbagai kegiatan di­ge­lar mulai dari rapat kerja, atraksi kesenian daerah hingga gerak jalan.
Dalam Rakernas yang dilaksa­nakan di Convention Hall, Cele­bes Convention Center (CCC), Makas­sar, hadir tokoh nasional yang merupakan alumni ESQ. Mereka antara lain Ketua Dewan Pembina FKA ESQ Azwar Anas, mantan Rektor UI Prof Usman Chatib Warsa dan mantan Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Syamsul Mappareppa.
“Rakernas sebagai wadah me­nya­tukan kebersamaan, menya­ma­kan visi dan misi untuk mewu­judkan Indonesia Emas 2020,” ujar Ketua Umum FKA ESQ Ary Ginanjar.
Menurut Ary, Rakernas dan Te­mu Alumni kali ini sangat stra­­tegis karena bertepatan de­ngan krisis keuangan global yang berasal dari jantung kapitalisme dunia, Amerika Serikat. “Akar ke­run­tuhan ekonomi global ada­­lah paham kapitalisme yang mendewakan materi dan meng­hasilkan ketamakan yang berujung pada kebangkrutan eko­no­mi,” kata Ary.
Untuk mengatasinya, tak cukup hanya dengan solusi ekonomi atau yang bersifat intelektual semata. Namun harus ada usaha yang lebih fundamental dan ber­jangka panjang. “Kita harus me­lakukan transformasi nilai dari mate­rial­isme ke spiritualisme yang mengutamakan nurani,” ujar Ary.
Krisis ekonomi global ini, Ary melanjutkan, merupakan mo­­men­­tum perubahan nilai dari materialisme kepada spiritual­isme.” Untuk itu, “Kita tegaskan bahwa FKA ESQ menjadikan 7 Budi Uta­ma sebagai aplikasi nilai nilai spiritualitas,” ujar penerima gelar Doktor Honoris Causa di Bidang Pendidikan Karakter dari Universitas Negeri Jogjakarta itu. Tujuh Budi Utama ESQ adalah Jujur, tanggungjawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli.