Senin, 30 Desember 2013

Dr Lo: Kalau Mau Kaya Ya Jangan Jadi Dokter, tapi Pedagang

Dr Lo: Kalau Mau Kaya Ya Jangan Jadi Dokter, tapi Pedagang

Sabtu, 30 November 2013 | 11:56 WIB
KOMPAS.COM/ M Wismabrata dr. Lo Siaw Ging sedang melayani pasien di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Sabtu (30/11/2013).
 
 SOLO, KOMPAS.com — Dr Lo Siaw Ging menjadi buah bibir di tengah-tengah maraknya aksi mogok para dokter di Indonesia. Dokter yang sudah berusia 79 tahun itu dikenal tidak memasang tarif bagi pasien miskin.

Dr Lo, begitu dia kerap disapa, menyambut setiap yang datang ke ruang praktiknya di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, dengan senyum ramahnya. Usianya tidak lagi muda dan berjalan pun harus dengan menggunakan tongkat, tetapi semangat untuk membantu pasien yang membutuhkan pertolongan membuat dirinya tetap datang untuk melayani pasien. Dr Lo bahkan sempat keberatan jika sikapnya ini terlalu dipublikasikan.

"Tidak perlu dibesar-besarkanlah. Itu sudah saya lakukan dari sejak dulu. Menjadi dokter itu memang harus menolong yang sakit dan miskin. Kalau mau kaya ya jangan jadi dokter, tapi jadi pedagang," kata dr Lo kepada Kompas.com, Sabtu (30/11/2013).

Itu adalah pesan dari ayahnya yang terus menjadi penyemangat bagi dr Lo untuk terus berkarya bagi para pasiennya.

"Saya selalu ingat pesan ayah saya, kalau ingin kaya jangan jadi dokter, tapi jadilah pedagang. Saya pun memilih menjadi dokter karena itu cita-cita saya dari sejak kecil," kata dr Lo.

Hal itu yang membuatnya memutuskan bahwa dirinya tidak akan mengenakan tarif kepada pasien yang miskin. Dr Lo mengaku, dirinya melihat bahwa para pasien miskin tidak perlu lagi dibebani dengan biaya pengobatan karena perjuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga sudah berat.

"Saya katakan tidak usah bayar, uangnya buat beli beras saja," tuturnya tentang pengalamannya bertemu dengan pasien miskin.

Alumni dari Universitas Airlangga tahun 1962 yang sempat mencicipi pendidikan di Manajemen Administrasi Rumah Sakit di Universitas Indonesia ini pernah menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, periode 1981-2004. Setelah pensiun dari kursi direktur, suami dari Maria Gan May Kwee tersebut tetap melayani pasien di rumah sakit yang sama dan di tempat praktiknya sekaligus rumahnya di Jagalan, Jebres, Solo, sampai kini.

Saat disinggung akan sampai kapan melayani pasien, pengagum sosok dr Oen tersebut mengatakan hingga sampai tubuhnya sudah tidak bisa bergerak.

"Ndak tahu, selama tubuh saya masih bisa bekerja, saya akan melayani," katanya.

Wow, Temukan Rp 3,6 Miliar Supir Taksi Kembalikan Uang

DREAMERSRADIO.COM - Kejujuran supir taksi ini memang harus di acungi jempol dan patut ditiru. Pasalnya seorang supir taksi asal Las Vegas, Amerika Serikat, menemukan Rp 3,6 miliar di mobilnya. Bukan mengambilnya ia pun mengembalikan uang tunai tersebut.
Supir taksi yang bernama Gerardo Gamboa ini mulanya berpikir kalau seseorang telah dengan sengaja meninggalkan tas berwarna cokelat di taksinya. Tetapi pada saat membuka tas tersebut, ia terkejut menemukan enam bundel uang US$ 100.
Dilansir dari Associated Press, Gamboa yang sudah menjadi supir taksi selama 13 tahun menyerahkan uang yang kemudian memberikan kepada pemain poker yang tak dikenalnya. Dari perilakunya Gamboa pun mendapat penghargaan supir taksi terbaik tahun ini dan menerima bonus US$ 1000 oleh bos. Meski demikian, hingga kini ia belum mendengar kabar dari pemain poker tersebut hingga saat ini.
“Jika dia tidak memberikan apa-apa, tidak apa apa. Aku tidak berharap imbalan. Aku hanya ingin melakukan hal yang benar, dan saya menghargai apa yang perusahaan lakukan untuk saya,” ungkap Gamboa.

 http://id.she.yahoo.com/wow-temukan-rp-3-6-miliar-supir-taksi-042200611.html