Jumat, 28 November 2008

Temu Alumni ESQ di Makasar

Selama dua hari, Kota Ma­kassar dipadati 10.000 alumni ESQ. Mereka ber­asal dari berbagai daerah di Indonesia, Malaysia, Ero­pa dan Amerika Serikat. Keda­tangan mereka untuk mengikuti Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Forum Komunikasi Alumni (FKA) ESQ Ke-3 dan Temu Alumni ESQ Internasional Ke-3, 22-23 November. Mereka merupakan per­wakilan dari 32 Koordinator Wi­layah (Korwil) Provinsi dan 112 Koordinator Daerah (Korda) Kotamadya/Kabupaten serta sembilan Korwil FKA Internasional.
“Saya sangat menyambut gembira kedatangan para alumni ESQ ke kota kami. Karena saya tahu alumni-alumni tersebut adalah orang yang berkepribadian baik,” kata Gubernur Sulawesi Selatan DR Syahril Yasin Limpo, SH, MH.
Saking gembiranya, ia langsung menginstruksikan Sekretaris Pro­vinsi untuk mendukung penuh aca­ra besar tersebut. ”Banyak pe­ga­wai saya kerahkan untuk mengikuti dan membantu panitia demi kesuksesan acara,” kata Syahril lagi.
“Puluhan pelatihan dari ber­ba­gai negara telah saya ikuti. Na­mun, ternyata pelatihan yang saya cari-cari ada di negara saya sendiri. Sebab pelatihan ini yang paling menyentuh kalbu saya,” ungkap Syahril saat ditanya peng­alamannya mengikuti training ESQ.
Acara tersebut berlangsung me­riah, sejak pembukaan hingga penutupan. Berbagai kegiatan di­ge­lar mulai dari rapat kerja, atraksi kesenian daerah hingga gerak jalan.
Dalam Rakernas yang dilaksa­nakan di Convention Hall, Cele­bes Convention Center (CCC), Makas­sar, hadir tokoh nasional yang merupakan alumni ESQ. Mereka antara lain Ketua Dewan Pembina FKA ESQ Azwar Anas, mantan Rektor UI Prof Usman Chatib Warsa dan mantan Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Syamsul Mappareppa.
“Rakernas sebagai wadah me­nya­tukan kebersamaan, menya­ma­kan visi dan misi untuk mewu­judkan Indonesia Emas 2020,” ujar Ketua Umum FKA ESQ Ary Ginanjar.
Menurut Ary, Rakernas dan Te­mu Alumni kali ini sangat stra­­tegis karena bertepatan de­ngan krisis keuangan global yang berasal dari jantung kapitalisme dunia, Amerika Serikat. “Akar ke­run­tuhan ekonomi global ada­­lah paham kapitalisme yang mendewakan materi dan meng­hasilkan ketamakan yang berujung pada kebangkrutan eko­no­mi,” kata Ary.
Untuk mengatasinya, tak cukup hanya dengan solusi ekonomi atau yang bersifat intelektual semata. Namun harus ada usaha yang lebih fundamental dan ber­jangka panjang. “Kita harus me­lakukan transformasi nilai dari mate­rial­isme ke spiritualisme yang mengutamakan nurani,” ujar Ary.
Krisis ekonomi global ini, Ary melanjutkan, merupakan mo­­men­­tum perubahan nilai dari materialisme kepada spiritual­isme.” Untuk itu, “Kita tegaskan bahwa FKA ESQ menjadikan 7 Budi Uta­ma sebagai aplikasi nilai nilai spiritualitas,” ujar penerima gelar Doktor Honoris Causa di Bidang Pendidikan Karakter dari Universitas Negeri Jogjakarta itu. Tujuh Budi Utama ESQ adalah Jujur, tanggungjawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli.