Beginilah Dimensi Shalat
Sabtu, 25 Juni 2011 11:01 WIB
Oleh Abi Muhammad Ismail Halim
As-Shalah adalah nama lain untuk surah pembuka dalam al-Qur'an
al-Karim. Al-Fatihah adalah bagian integral dari shalat, tidak ada
shalat tanpa Al-Fatihah. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barang siapa
shalat tanpa membaca Ummul Qur'an di dalamnya, maka shalatnya kurang,
shalatnya kurang, shalatnya kurang, dan tidak sempurna." (HR Muslim).
Al-Fatihah dikenal pula sebagai 'tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang' (sab'al matsani) di dalam shalat, baik wajib maupun
sunah. (QS al-Hijr [15]: 87).
Di dalam sebuah hadis Qudsi, secara eksplisit Allah SWT mengidentikkan
al-Fatihah dengan as-Shalah. Nabi SAW bersabda, "Allah Yang Mahamulia
dan Mahabesar berfirman: "Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku
dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya. Apabila hamba
membaca:
"Alhamdulillahi rabbil 'alamin" (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta
alam), maka Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar berfirman: "Hamba-Ku
memuji Aku." Apabila ia membaca "Arrahmanirrahim" (Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang), maka Allah Yang Mahamulia dan Mahabesar
berfirman: "Hamba-Ku menyanjung Aku."
Apabila ia membaca: "Maliki yaumiddin" (Yang Memiliki hari
Pembalasan), maka Allah berfirman: "Hamba-Ku memuliakan Aku", dan
sekali waktu Dia berfirman: "Hamba-Ku menyerah kepada-Ku". Apabila ia
membaca: "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" (Hanya kepada-Mu kami
menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan), Allah
berfirman: "Ini antara Aku dan hambaKu, dan bagi hamba-Ku apa yang
dimintanya."
Apabila ia membaca: "Ihdinashshirathal mustaqim. Shirathal ladzina
an'amta alaihim ghairil maghdhubi 'alaihim wa ladhdhallin" (Tunjukilah
kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri
petunjuk atas mereka bukan [jalan] orang-orang yang dimurkai atas
mereka dan bukan [jalan] orang-orang yang sesat). Maka, Allah
berfirman: "Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya."
(HR Muslim).
Di dalam shalat terjadi dialog yang sangat indah antara seorang hamba
dengan Tuhannya. Di dalamnya juga terangkum penghormatan, penghargaan,
pengakuan, dan cinta sejati (hamd), harap (raja'), dan cemas (khauf).
Selain dimensi vertikal, di dalam shalat terbangun pula sendi-sendi
dari sebuah masyarakat madani (civil society). Shalat berjamaah
merefleksikan interaksi horizontal yang tertib dan teratur. Shaf-shaf
shalat berjamaah memancarkan keindahan dari sebuah keteraturan dan
ketertiban yang terbangun di atas dasar ketaatan, persaudaraan, dan
kesetaraan. Selain interaksi fisik, terjalin pula ikatan hati di
antara para jamaah baik secara lokal maupun global melalui doa-doa
kolektif dan salam yang ditebarkan sebagai penutupnya.
Shalat berjamaah mengajarkan pula prinsip-prinsip kepemimpinan.
Pemimpin atau imam shalat, dipilih berdasarkan kompetensi dan
integritasnya. Jika imam salah, makmum berkewajiban mengingatkan,
bahkan pemimpin yang tidak lagi memenuhi persyaratan. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar