Cerita Tentang Kampung Naggewer Tasikmalaya
Berawal dari kejadian di Sumedang
Larang, lima orang bersaudara yang gagah
berani berhasil menumpas gerombolan kejahatan
yang seringkali meresahkan rakyat. Kelima orang itu tidak deketahui nama aslinya, namun memiliki
julukan dan panggilan masing masing. Sangkleng dikenal sangat kuat dan tidak
pernah basi basi dalam menyelesaikan perkara, Kidang memiliki kelebihan dalam
berlari seperti Kijang, Jidang seorang alim dan memiliki ilmu tinggi dalam ilmu
keagamaan, Gajig seorang pemimpin yang
selalu sukses menumpas kejahatan dan
Bonan seorang muda memilki ilmu kanuragan yang tinggi. Konon katanya ke lima
orang ini memiliki garis keturunan dengan Sumedang Larang.
Diceritakan penumpasan dipimpin oleh Gajig
sukses menangkap pemimpin penjahat, setelah melakukan pertarungan sengit sebelumnya, karena penjahat melakukan perlawanan yang
sengit, dalam pertarungan itu Bonan
mengalami luka berat akibat sabetan
penjahat.
Melihat pertarungan dan setelah penjahat melukai Bonan yang hampir saja penjahat
itu berhasil kabur, rakyat waktu itu yang sudah sangat benci dan dendam ikut mengepung
bahkan setelah penjahat itu tertangkap
rakyat mengahakimi sendiri. Kejadian itu mendapat perhatian dari pejabat
Sumedang, dan diputuskan bahwa
kelima orang itu bersalah harus
bertanggung jawab atas penghakiman oleh massa.
Kelima orang ini tidak terima
dengan keputusan penjabat Sumedang itu, dan “ngagelig” keluar dari lingkungan Sumedang dan bersama
sama menuju Gunung Cakra Buana, sayang akibat luka yang parah dalam perjalanan
BONAN meninggal, menurut cerita Bonan meninggal
di gunung yang sekarang dinamakan Gunung Bonan. Setelah itu, kelima orang itu
bersepakat untuk memencar di Kaki Gunung Cakra Buana.
Jidang menetap di salah satu kaki
Gunung Cakra Buana, sekarang di kenal dengan Kampung Guranteng, dan Gajig sempat sempat mangkal untuk bertapa didekat sungai, sekarang
Kampung Pangkalan, namun tidak lama karena selalu
ada yang menggangu “nyarenghor” entah binatang atau makhluk halus, sekarang kampung itu bernama Nyalenghor . Gajig pergi ke selatan dan
membangun gubug di kampung Lamping, tempat itu sekarang dikenal dengan nama
Kabuyutan. Gajig kemudian membuka kampung dan sawah. Tidak Lama
di tinggal di Lamping pindah ke sawah. Sekarang sawah itu di kenal
dengan nama kampung Nanggewer.
Menurut cerita, kata
”nanggewer” itu berasal dari kata “nangeran” yang berarti tempat tinggal pangeran. Mungkin
menganggap Gajig itu adalah pangeran dari Sumedang.
Makam Mbah Gajig dikuburkan di
dekat Patapaan dan berada di kebun keluarga Bapak Kartasenjaya.
KUWU pertama Naggewer adalah
ARSAMANGGALA (Haji Bahrum), karena
kehebatannya memimpin Desa Nanggewer, beliow mendapat bintang dari Bupati
Tasikmalaya waktu itu dan kenal dengan nama KUWU BINTANG, kemudian diganti oleh adik iparnya namanya
SUMADIMAJA (Haji Sidik).
Putra dan Buyut Mbah Gajig
1.
Arsamanggala
2.
Nayamanggala
3.
Cakramanggala
4.
Istrinya Sumadimaja
(Oleh Agus Hendradimaja, Disusun
berdasarkan cerita dari mulut ke mulut orang tua)