Jumat, 03 September 2010

Air Mata Rosulluloh.........detik-detik terakhir

Air Mata Rosulluloh.........detik-detik terakhir

Bismillah...

Ada
sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat
kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai
menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.
Pagi
itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku,
kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati
dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan duahal pada kalian,sunnah dan Al Qur'an. Barang
siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang
yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."
Khutbah
singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh
menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan
berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.
Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
"Rasulullah
akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala
itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap
menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
Saat
itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik
berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih
tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan
keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi
alas tidurnya.

Tiba-tiba
dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya
yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah
itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali
ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah
menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah
bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah,
dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan
pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah
pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi
Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas
langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para
malaikat telah menanti ruhmu.

Semua syurga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak
senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku
bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku
pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi
siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata
Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan
tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah
bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit
sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah
terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu
Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah
yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang
tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja
semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah
mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku
- peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di
luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan,
berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini,
mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa
baarik wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran
untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya
mencintai kita.

Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin...
Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang
menyayangi mu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena
tiada lagi yang mengasihmu diakhirat

SYAHADAT Oleh : A. Mustofa Bisri-Gelap Berlapis-lapis

SYAHADAT
Oleh : A. Mustofa Bisri-Gelap Berlapis-lapis

Inilah kesaksianku
Inilah pernyataanku
Inilah ikrarku :

Laa ilaaha illa Llah
Tak ada yang boleh memperhambaku kecuali
Allah
Tapi nafsu terus memperhambaku

Laa ilaaha illa Llah
Tak ada yang boleh menguasaiku kecuali
Allah
Tapi kekuasaan terus menguasaiku

Laa ilaaha illa Llah
Tak ada yang boleh menjajahku kecuali
Allah
Tapi materi terus menjajahku

Laa ilaaha illa Llah
Tak ada yang boleh mengaturku kecuali
Allah
Tapi benda mati terus mengaturku

Laa ilaaha illa Llah
Tak ada yang boleh memaksaku kecuali
Allah
Tapi syahwat terus memaksaku

Laa ilaaha illa Llah
Tak ada yang boleh mengancamku kecuali
Allah
Tapi rasa takut terus mengancamku

Laa ilaaha illa Llah
Tak ada yang boleh merekayasaku kecuali
Allah
Tapi kepentingan terus merekayasaku

Laa ilaaha illa Llah
Hanya kepada Allah
aku mengharap
Tapi kepada siapa pun
Masya Allah
aku mengharap

Laa ilaaha illa Llah
Hanya kepada Allah
aku memohon
Tapi kepada siapa pun
Masya Allah
aku memohon

Laa ilaaha illa Llah
Hanya kepada Allah
aku bersimpuh
Tapi kepada apa pun
Masya Allah
aku bersimpuh

Laa ilaaha illa Llah
Hanya kepada Allah
aku bersujud
Tapi kepada apa pun
Masya Allah
aku bersujud

Laa ilaaha illa Llah
Masya Allah!

Penderitaan Sebagai Penyembuh Penyakit Hati

Penderitaan Sebagai Penyembuh Penyakit Hati

By: agussyafii

Jika di dalam hidup kita merasakan penuh kebahagiaaan, maka bisa kita bayangkan kita tidak pernah ditimpa kesulitan, cobaan dan penderitaan sedikitpun di dunia ini, tentunya akan membuat kita sombong dan takabur. Allah sengaja mendatangkan musibah, bencana, ujian, cobaan, penderitaan dalam hidup kita sebagai penyembuh dari penyakit hati yang akan menghancurkan kehidupan kita yang teramat dalam di dunia dan diakherat.

Banyak orang yang merasa dirinya hebat atau merasa mendapatkan apapun dalam hidupnya. Dia merasa sudah paling hebat karena status sosial, jabatan, kekayaan, wajah yang sempurna, kesehatan, pasangan hidup. Jika tergambar kesempurnaan seperti itu tidak pernah ditimpa penderitaan maka membuat dirinya menjadi angkuh, sombong dan merasa tidak membutuhkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

'Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.' (QS. Luqman : 18).

Untuk itulah Allah sengaja sedikit memutar roda kehidupannya. Mungkin seseorang yang telah berada di atas akan diputar hingga berada di bawah. Semua ini bukan dimaksudkan untuk menjatuhkan kita melainkan menyembuhkan hati kita yang mulai sombong agar menyadari bahwa semua yang dimilikinya itu milik Allah, bahwa semua keduniawiannya itu bersifat sementara.

Terlihatlah bahwa Allah bersifat sangat Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba yang dikasihiNya. Dengan diberi masalah dan penderitaan, sebenarnya Allah ingin memperbaiki diri kita, ingin melindungi hati kita agar tidak dicemari oleh penyakit-penyakit hati yang dapat mengikis iman maupun taqwa kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

'Tidak ada satu musibah itu datangnya yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.' (QS. at-Taghaabun : 11).

Wassalam,
agussyafii

Renungan Indah - W.S. Rendra

Renungan Indah - W.S. Rendra

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku

Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"
...
(Puisi terakhir Rendra yang dituliskannya diatas ranjang RS)