Rabu, 05 Agustus 2009

Agama : Kisah Khalifah Umar bin Khaththab ra, Khalifah Umar bin Khaththab ra,Khalifah Umar bin Khaththab ra, Pemimpin yang Adil

Khalifah Umar bin Khaththab ra, seorang sahabat Rasulullah SAW,adalah seorang pemimpin yang dikenal sangat adil, tegas, disiplin namunsangat humanis di zamannya. Banyak orang yang mulanya menentang islam,namun akhirnya tersadar dan insyaf karena kepemimpinan Sayyidina Umarbin Khaththab.Suatu hari, seseorang datang kepada khalifah umar seraya menyerahkandiri untuk diadili karena telah membunuh sesama muslim. Pengadilanpun digelar dan vonis pun dijatuhkan kepada orang tersebut berupa hukumqisas. Namun, sebelum hukuman diberlakukan, khalifah Umar bin Khaththabbertanya kepada terdakwa tentang permintaan terakhirnya. Si terdakwapun berkata, “Izinkan saya pulang ke kampung halaman untuk berpamitankepada sanak keluarga serta membayar hutang-hutang saya”. Khalifah umarpun mengabulkan permintaan terakhir si terdakwa karena dinilai masukakal.Namun, ada satu hal yang menjadi pertimbangan. Dikarenakan tempattinggal terdakwa terlalu jauh, maka sang Khalifah menginginkan adanyaseorang penjamin bagi terdakwa untuk di qisas jika sekiranya nanti siterdakwa akan melarikan diri. Sesaat, si terdakwa menatap kerumunanorang-orang yang tengah menyaksikan prosesi pengadilan dirinya, namunia akhirnya tertunduk sedih, karena mendapati bahwa ia tidak mempunyaiseorang keluarga pun di kota ini.Sesaat suasana terlihat hening. Di tengah keheningan itu muncullahsosok seorang pemuda paruh baya, yang tidak lain adalah Abu dzar alGhifari, seorang sahabat Rasulullah SAW, seraya berkata, “Saya yangakan menjadi penjamin orang ini”. Lalu, Abu dzar pun menanda tanganisurat perjanjian penjamin dan si terdakwa diperbolehkan pulang kekampung halamannya selama tujuh hari.Hari berganti hari hingga sampailah pada hari ketujuh kepulanganterdakwa ke kampung halamannya. Namun begitu, tidak terlihat sedikitpuntanda-tanda akan datangnya kembali si terdakwa untuk memenuhihukumannya. Orang-orang mulai panik melihat keadaan ini. Tidak sedikityang menangis karena melihat sahabat Abu dzar akan segera di eksekusi,meski ia sedikitpun tidak bersalah dan hanya sebagai orang yangmenjamin terdakwa. Tidak sedikit pula yang kecewa terhadap terdakwayang dinilai tidak mempunyai harga diri.Namun, tak lama kemudian terdengar suara dari kejauhan, dan terlihatsosok seorang laki-laki yang tengah berjalan dalam keadaan sempoyongan.Ternyata tidak lain orang itu adalah si terdakwa, yang terlihat lusuhjuga keletihan. Karena si terdakwa sudah hadir kembali, maka sahabatAbu dzar pun dibebaskan. kemudian sang hakim bertanya kepada siterdakwa, kenapa ia tidak memilih untuk kabur saja dan melarikan diridari jeratan hukuman, terlebih sudah ada orang yang menjaminnya.Si terdakwa pun berkata, “Benar, saya bisa saja melarikan diri darihukuman ini, namun saya malu jika nanti di dalam sejarah islam terdapatseorang muslim yang ingkar janji untuk kepentingan dirinya dan tidakmau menjaga harga dirinya sebagai muslim yang bertanggung jawab” jawabsi terdakwa. Saat pengakuan itu, ternyata 3 orang keluarga korbanmenyaksikan dan mendengarkannya. Mereka merasakan kejujuran danketulusan dari pengakuan si terdakwa.Mereka yang pada awalnya berharap hukuman yang setimpal bagi siterdakwa, malah berbalik mencabut tuntutannya dengan berkata, “Kamidari keluarga korban telah memaafkan orang ini” seraya menunjuk siterdakwa. Si hakim pun lalu bertanya, “Mengapa kalian memaafkan orangini, sedangkan ia telah membunuh saudaramu?” Para keluarga korban punmenjawab, bahwa “Sebagai muslim, kami mempunyai harga diri. Kami malu,sekiranya nanti di dalam sejarah terdapat ada seorang muslim yang tidakmau memaafkan kesalahan saudaranya sesama muslim”.Setelah mendengar pengakuan keluarga korban, sang hakim pun kemudianbertanya kepada sahabat Abu dzar, kenapa ia sampai merelakan dirinyauntuk menjadi penjamin bagi si terdakwa, seorang yang tidak ia kenalsama sekali. Sahabat Abu dzar pun menjawab, “Sebagai seorang muslim,saya malu jika nanti sejarah islam mencatat, bahwa dahulu ada seorangmuslim yang sedang kesulitan dan meminta bantuan, namun tak ada seorangpun yang bersedia untuk meringankan bebannya dan meolongnya”.Subhanallah! Begitulah gambaran keindahan umat terdahulu. Begituterlihat bahwasanya kaum muslimin saling menyayangi satu sama lain.Saling menutupi kesusahan, saling memaafkan, saling menutupi aib, dansaling menjaga harga diri demi keyakinan yang dianutnya. Begitu besarpenjagaan mereka terhadap islam sebagai agamanya, hingga mereka menilaiharga diri itu bukan lagi dilihat dari pangkat dan jabatan, bukan darikesalahan-kesalahan saudaranya, namun mereka melihatnya dari rasakeimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.Semoga kita bisa menarik intisari hikmah dan pelajaran dari kisahini, untuk dapat kita teladani dan menjadi acuan dalam hidup dankehidupan. Karena sesungguhnya, kaum muslimin adalah bersaudara..Wallahu a’lam(diperkaya dari buku “Di Hatinya Cuma Ada Cinta” karya Saikhul Hadi)

Tidak ada komentar: