Rabu, 05 Agustus 2009

Agama : Khutbah Rasulullah pada Haji Wada

Suara-islam.com–Rasulullah saw. bersabda: “Sesung-guhnya darahmu dan harta bendamu adalah terpelihara atau haram atas kamu, sebagaimana haramnya hari ini di bulan ini dan tempat ini.
Setiap muslim adalah saudara muslim, tidak halal seorang muslim terhadap muslim yang lain kecuali apa yang sudah dihalalkan oleh dirinya.
Ketahuilah! Bahwa riba jahiliyah dihapuskan, kalian hanya menerima pokok harta kalian, tidak menzalimi dan tidak dizalimi. Kecuali riba Abbas, dihapuskan semuanya.
Semua persoalan yang terjadi di jaman jahiliyah yang selama itu masih di bawah telapak kakiku, mulai hari ini dihapuskan; dan darah-darah jahiliyah pun hari ini dihapuskan; dan pertama darah yang kuhapus adalah darah Ibnu Rabi’ah bin Al Harist, dia adalah cucu Bani Sa’ad bin Abdul Muthalib, semua itu telah dihapus.
Kemudian berhati-hatilah terhadap perempuan, karena mereka itu telah kamu ambil dengan amanat Allah, farjinya menjadi halal untukmu dengan kalimah Allah. Hak kalian atas mereka adalah: hendaklah mereka itu tidak mempersilahkan seorangpun yang kamu benci untuk menginjak tempat tidurmu. Kalau mereka sampai berbuat demikian, maka pisahkanlah tempat tidur mereka dan pukullah dengan pukulan yang tidak begitu menyakitkan. Tetapi merekapun mempunyai hak atas kamu, yaitu kamu berkewajiban untuk memberi makan dan pakaian kepada mereka dengan baik.
Sungguh aku telah tinggalkan di tengah-tengah kamu sesuatu yang kamu tidak akan sesat sesudahnya, jika kamu berpegang teguh akan dia, yaitu kitabullah”.
Dalam riwayat lain disebutkan antara lain khutbah Rasulullah adalah:
Pada hakikatnya khutbah nabi pada haji wada’ pada tahun 10 Hijriyah merupakan pidato politis terakhir yang dilakukan oleh nabi pada saat mengakhiri ibadah haji yang dilakukan nabi pertama dan terakhir tersebut. Pelaksanaan haji pada tahun sebelumnya (9 Hijriyah), dipimpin oleh amirul hajj Abu Bakar As Shiddiq. Pada tahun 9 Hijriyah, perjan-jian Hudaibiyah masih berlaku, sehingga diantara yang melaksanakan ibadah haji masih terdapat kaum musyrikin, bahkan masih terdapat yang beribadah sambil bertelanjang badan.
Ada beberapa poin penting yang terdapat dalam pidato nabi pada saat haji wada’, yang menjadi pernyataan resmi dalam percaturan politik di jazirah Arab. Setelah terjadi futuh Mekkah, dimana terjadi pergantian kepemimpinan di kota Mekkah dari kekuasaan kafir Quraisy kepada Daulah Islamiyah yang berpusat di Madinah pimpinan Nabi Muhammad SAW. Abu Sofyan sebagai pimpinan Mekkah telah menyerahkan kekuasaan-nya kepada Nabi Muhammad SAW, bahkan beliau dan isterinya menjadi penganut agama Islam menyusul putrinya (Ummu Habibah) yang telah lebih dulu masuk Islam dan menjadi isteri Rasulullah SAW .
Pertama; “Sesungguhnya darahmu dan hartamu terpelihara” menunjukkan adanya jaminan keamanan Daulah Islam-iyah pimpinan Nabi Muhammad SAW. Pada saat futuh Mekkah, orang-orang kafir Quraisy ketakutan kepada pasukan muslim (yang terdiri dari kaum muha-jirin). Mereka mengira nabi dan para sahabatnya akan balas dendam karena telah mereka usir dari tanah kelahirannya dan dibunuh sanak saudara mereka. Tanpa disangka-sangka nabi malah bersabda: mulai hari ini, siapa saja aman …..Maka luluhlah hati mereka yang keras, dan mereka dapat melihat cahaya kebe-naran Islam. Dan harta seorang muslim tidak halal bagi muslim yang lain kecuali setelah dihalalkan olehnya.
Kedua, riba sebagai suatu cara berekonomi yang zalim dan merusak kehidupan masyarakat dihapuskan. Eksploitasi antara suatu kelompok atas kelompok yang lain lazimnya terjadi dengan perantaraan sistem riba. Baik riba masa jahiliyah dulu maupun riba masa modern (yang jahiliyah pula tentunya) memiliki karakteristik yang sama, yakni zalim dan eksploitatif!
Ketiga, Semua dendam masa lalu sebelum futuh Mekkah tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Semua sudah diha-puskan. Sehingga mulai hari itu semua pihak bisa bekerja sama, bahu membahu, beraktivitas secara produktif tanpa den-dam masa lalu untuk membangun masyarakat dan peradaban baru dengan aqidah dan syariat Islam. Dan persauda-raan di antara mereka menjadi lebih erat karena hanya berdasarkan kepada aqidah Islamiyah. Semua dapat hidup aman, damai dan sejahtera di bawah naungan daulah Islamiyah. Baik yang muslim maupun kafir dzimmi, mereka dapat hidup berdampingan secara harmonis.
Keempat; tentang wanita. Wanita mendapat penghormatan khusus, karena memang Islam sangat memuliakan dan memperhatikan kaum wanita. Nabi memerintahkan kepada kita untuk melin-dungi dan menjaga amanah terhadap kaum wanita. Terutama setelah terjadi perpindahan tanggung jawab dari para wali kepada suami yang mengambil alihnya dengan nama Allah SWT. Pria wajib mendidik para isterinya. Wanita Islam sangat menjaga kehormatan dan kesuciannya, sehingga mereka dapat melahirkan generasi yang mulia. Jauh dari perzinahan dan pergaulan bebas, yang dapat merusak keluarga dan ikatan nasab seseorang. Dan selanjutnya dapat merusak tatanan sosial, sehingga hancur-lah peradaban umat manusia. Wanita menjadi tiang peradaban umat. Islam di terapkan untuk memimpin dunia mem-bangun peradaban manusia yang bermar-tabat.
Itulah poin-poin penting dalam wasiat terakhir dari pidato Rasulullah SAW, tersebut. Selanjutnya tentunya kesela-matan akan terjamin bagi umat ini, dunia akhirat, manakala berpegang teguh pada pusaka beliau SAW, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi SAW.
Nabi wafat tidak lama setelah mela-kukan haji wada’. Meninggalnya nabi mengandung arti bahwa beliau saw. telah sempurna melaksanakan tugas mulianya dalam menyampaikan seluruh perintah Allah bagi seluruh umat manusia. Kitabullah adalah mukjizat nabi yang terpelihara sampai hari kiamat kelak. Al Qur’an adalah wasiat nabi yang paling berharga disamping hadits nabi. Kitabul-lah adalah kalamullah yang menjadi pedoman hidup bagi kita agar selamat di dunia dan di akhirat. Jadilah umat Islam sebagai umat yang terbaik, yang mampu memimpin dunia karena mampu menye-lesaikan seluruh persoalan hidup manu-sia; apapun, siapapun, dimanapun, dan sampai kapanpun.
Selajutnya kita saksikan dalam sejarah Islam, setelah wafatnya nabi, perjuangan menyebarkan dakwah Islam dilanjutkan oleh para khalifah. Perkembangan Islam demikian pesat, sampai keluar jazirah Arab, bahkan sampai meliputi dua pertiga daratan dunia lama. Dahsyatnya lagi Islam mampu memimpin dunia selama 13 abad. Daulah Islamiyah menjadi Negara super power yang sangat ditakuti dan disegani oleh Negara dan pemerintahan manapun. Namun pada saat yang sama Negara adi daya ini memiliki para pemimpin dan prajurit yang santun dan merakyat. Mereka menyebarkan keda-maian dan kesejahteraan bagi penduduk dunia dengan aturan yang berasal dari Allah SWT Sang pencipta manusia. Sehingga umat manusia di negeri-negeri yang dibebaskan dari kekuasaan para penguasa zalim berbondong-bondong masuk Islam.
Kalau para penguasa muslim hari ini belum mendapatkan prestasi seperti yang pernah dicapai oleh Rasulullah SAW, para khulafaur Rasyidin, dan para khalifah berikutnya yang berhasil memuliakan manusia dengan penerapan ajaran Islam yang rahmatan lilalamin, itu semata-mata karena jauhnya mereka dari pemahaman pemerintahan Islam yang pernah dipraktekkan oleh Baginda Rasulullah SAW dan para khalifah yang mengikuti system pemerintahan yang beliau SAW terapkan. Wallahu’alam! [Muhammad Al Khaththath/www.suara-islam.com]

Tidak ada komentar: