Selama dua hari, Kota Makassar dipadati 10.000 alumni ESQ. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, Malaysia, Eropa dan Amerika Serikat. Kedatangan mereka untuk mengikuti Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Forum Komunikasi Alumni (FKA) ESQ Ke-3 dan Temu Alumni ESQ Internasional Ke-3, 22-23 November. Mereka merupakan perwakilan dari 32 Koordinator Wilayah (Korwil) Provinsi dan 112 Koordinator Daerah (Korda) Kotamadya/Kabupaten serta sembilan Korwil FKA Internasional.
“Saya sangat menyambut gembira kedatangan para alumni ESQ ke kota kami. Karena saya tahu alumni-alumni tersebut adalah orang yang berkepribadian baik,” kata Gubernur Sulawesi Selatan DR Syahril Yasin Limpo, SH, MH.
Saking gembiranya, ia langsung menginstruksikan Sekretaris Provinsi untuk mendukung penuh acara besar tersebut. ”Banyak pegawai saya kerahkan untuk mengikuti dan membantu panitia demi kesuksesan acara,” kata Syahril lagi.
“Puluhan pelatihan dari berbagai negara telah saya ikuti. Namun, ternyata pelatihan yang saya cari-cari ada di negara saya sendiri. Sebab pelatihan ini yang paling menyentuh kalbu saya,” ungkap Syahril saat ditanya pengalamannya mengikuti training ESQ.
Acara tersebut berlangsung meriah, sejak pembukaan hingga penutupan. Berbagai kegiatan digelar mulai dari rapat kerja, atraksi kesenian daerah hingga gerak jalan.
Dalam Rakernas yang dilaksanakan di Convention Hall, Celebes Convention Center (CCC), Makassar, hadir tokoh nasional yang merupakan alumni ESQ. Mereka antara lain Ketua Dewan Pembina FKA ESQ Azwar Anas, mantan Rektor UI Prof Usman Chatib Warsa dan mantan Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Syamsul Mappareppa.
“Rakernas sebagai wadah menyatukan kebersamaan, menyamakan visi dan misi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2020,” ujar Ketua Umum FKA ESQ Ary Ginanjar.
Menurut Ary, Rakernas dan Temu Alumni kali ini sangat strategis karena bertepatan dengan krisis keuangan global yang berasal dari jantung kapitalisme dunia, Amerika Serikat. “Akar keruntuhan ekonomi global adalah paham kapitalisme yang mendewakan materi dan menghasilkan ketamakan yang berujung pada kebangkrutan ekonomi,” kata Ary.
Untuk mengatasinya, tak cukup hanya dengan solusi ekonomi atau yang bersifat intelektual semata. Namun harus ada usaha yang lebih fundamental dan berjangka panjang. “Kita harus melakukan transformasi nilai dari materialisme ke spiritualisme yang mengutamakan nurani,” ujar Ary.
Krisis ekonomi global ini, Ary melanjutkan, merupakan momentum perubahan nilai dari materialisme kepada spiritualisme.” Untuk itu, “Kita tegaskan bahwa FKA ESQ menjadikan 7 Budi Utama sebagai aplikasi nilai nilai spiritualitas,” ujar penerima gelar Doktor Honoris Causa di Bidang Pendidikan Karakter dari Universitas Negeri Jogjakarta itu. Tujuh Budi Utama ESQ adalah Jujur, tanggungjawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli.